Search This Blog

Sunday, October 13, 2013

MAKALAH
ALAM GHAIB


Logo_UNISMA_Malang-logo.png
 



















Oleh :

1.      TRI SUTRISNO PUA                    (2120510001)
2.      USMAN LANG ERE                    (2120510002)
3.      ALFIAN SUTRISNO MANDAR   (2120510003)
4.      OKTAMA HENDRA P.                (2120510004)
5.      RISKA                                          (2120510006)
6.      MUHIBUDDIN KAMAL              (2120510007)
7.      DICKY ARDIAN FELSAPUTRA (2120510008)
8.      HUSNUL ARIF                             (2120510009)
9.      HABIB ABDURRAHMAN           (2120510017)
10.  ORYZA ADAPTIAN                    (2120510018)





FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
APRIL 2013
KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang selalu memberikan kesehatan dan kesempatan untuk kita terus berusaha dan berkarya, dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik merupakan salah satu anugrah-Nya . Makalah  ini saya kutip dari kumpulan beberapa referensi dan dari beberapa situs internet.

            Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, saudara, dan teman teman serta seluruh pihak yang telah mendukung serta memberi semangat sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tentunya dengan harapan makalah ini dapat menyumbangkan setitik harapan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

Sebagai penulis kami juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, tetapi pada dasarnya saya selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada pada tugas ini hingga mendekati kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi kemajuan kita bersama

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih atas perhatiannya.

Malang, 11 April 2013


Penulis
 
 












DAFTAR ISI

Kata pengantar…................................................................................................ i
Daftar isi............................................................................................................. ii

BAB I   PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1.   Latar belakang....................................................................................... 1
1.2.   Rumusan masalah.................................................................................. 2
1.3.   Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II  PEMBAHASAN.................................................................................. 3
1.1.   Pengertian konstitusi.............................................................................. 3
1.2.   Sifat dan fungsi konstitusi..................................................................... 6
1.2.1. Fungsi konstitusi dalam Negara demokrasi .................................. 7
1.2.2. Fungsi konstitusi dalam Negara komunis...................................... 8
1.3.   Tujuan konstitusi.................................................................................... 8
1.4.   Nilai konstitusi....................................................................................... 10
1.4.1. Nilai normatif................................................................................. 10
1.4.2. Nilai nominal.................................................................................. 10
1.5.   Klasifikasi konstitusi.............................................................................. 10
1.5.1. Konstitusi tertulis dan tidak tertulis.............................................. 10
1.5.2. Konstitusi fleksibel dan kaku........................................................ 11
1.5.3. Konstitusi derajat tinggi dan derajat tidak tinggi.......................... 11
1.5.4. Konstitusi serikat dan kesatuan..................................................... 11
1.5.5. Konstitusi system pemerintahan presidensial dan system parlementer             12
1.6.   Pentingnya konstitusi dalam Negara..................................................... 12
1.7.   Sejarah konstitusi di Indonesia.............................................................. 14
1.8.   Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia........................................ 17
1.8.1. Undang-undang Dasar 1945.......................................................... 17
1.8.2. Konstitusi RIS 1949...................................................................... 19
1.8.3. Undang-undang sementara 1950................................................... 21
1.9.   Penyimpangan-penyimpangan konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia                        24
1.9.1. Masa berlakunya UUD 1945 periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949              24
1.9.2. Masa berlakunya UUD 1945 periode 5 Juli 1959 – sekarang........ 26
1.9.2.1.  Periode 1959 – 1965 (orde lama)......................................... 27
1.9.2.2.  Pariode 1966 – 1998 (orde baru).......................................... 28
1.9.2.3.  Periode 1998 – sekarang (orde reformasi)............................ 29
1.10. Hasil perunahan UUD 1945................................................................. 31
1.10.1.     Apa dasar pemikiran untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945                 31
1.10.2.     Apa tujuan perubahan UUD 1945............................................ 32
1.10.3.     Bagaimana hasil perubahan UUD 1945.................................... 33

BAB III            PENUTUTP.............................................................................. 37
3.1.   Kesimpulan............................................................................................ 37
3.2.   Saran    .................................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 39



BAB I
PENDAHULUAN


1.1.   Latar belakang




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Jin

1.      Pengertian Jin
Jin secara harfian berarti sesuatu yang berkonotasi “tersembunyi” atau “tidak terlihat”. Dalam islam dan mitologi Arab pra-Islam, jin adalah salah satu ras mahkluk yang tidak terlihat dan diciptakan dari api. Menurut Ibnu Aqil sebagaimana dikutip asy-Syibli dalam bukunya Akam al-Marjan fi Ahkam al-Jann, mengatakan bahwa mahkluknini disebut dengan jin karena secara bahasa amjin artinya yang tersembunyi, terhalang dan tertutup. Disebut jin karena mahkluk ini terhalang dengan kasat mata manusia.

Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menceritakan tentang Jin diantaranya :
1)      Surah Al-Hijr ayat 26-27
Artinya : “Dan sesungguhnya kami telat menciptakan manusia dari tanah liat yang kering kerontang yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk dan Kami telah ciptakan jin sebelum diciptakan manusia dari api yang sangat panas.”
2)      Surah Ar-Rahman ayat 15
Artinya : “Dia (Allah) menciptakan Jann (Jin) dari nyala api (pucuk api yang menyala-nyala atau Maarii).”
3)      Surah Al-‘Araf ayat 12
Artinya : “Engkau ciptakan aku (kata Iblis) dari api sedangkan dia (Adam) dari tanah.”
4)      Surah Al-A’raf ayat 72
Artinya : “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnyamelihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.”

2.      Asal mula penciptaan jin

1)      Qs Al-Hijr : 26 – 27
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”
2)      Qs Al-Baqarah ayat 30
Yang artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
3)      Qs Ar-Rahman ayat 15
Yang artinya : “dan Dia menciptakan jin dari nyala api.”

Allah telah menciptakan jin dan api yang jernih, yang sebenarnya bercampur dengan sebagian yang lain. Yakni dari kobaran api yang kuning dengan kobaran api yang merah, dengan kobaran api yang kehijau-hijauan. Jadi, sama seperti halnya dengan manusia juga diciptakan dari unsur-unsur yang bermacam-macam, begitu pula dengan jin, diciptakan dari bermacam-macam kobaran api yang bercampur menjadi satu.

3.      Bentuk dan jenis jin

1)      Bentuk jin
Pada dasarnya bentuk rupa Jin tidak banyak berbeda dari bentuk rupa manusia, yaitu mereka memiliki jenis kelamin, memiliki hidung mata, tangan, kaki, telinga dan sebagainya, sebagaimana yang di miliki oleh manusia. Pada dasarnya 80 hingga 90 persen Jin menyerupai manusia.

Hanya perbedaan fisik Jin adalah lebih kecil dan halus dari manusia. Bentuk tubuh mereka itu ada yang pendek, ada yang tinggi dan bermacam-macam warnanya, yaitu putih, merah, biru, hitam dan sebagainya. Jin kafir dan Jin Islam yang fasik itu memiliki rupa yang buruk dan menakutkan. Sedangkan Jin Islam yang saleh memiliki paras yang elok.
Menurut beberapa pendapat, tinggi Jin yang sebenarnya adalah sekitar tiga hasta saja. Pengetahuan mereka lebih luas dan berumur sangat panjang sampai beribu-ribu tahun umurnya. Kecepatan Jin bergerak melebihi kecepatan cahaya dalam suatu waktu. Karena Jin terdiri dari mahkluk yang seni dan tersembunyi, tidak zahir seperti manusia dan tidak sepenuhnya ghaib seperti Malaikat, maka ruang yang kecil pun bisa di duduki oleh jutaan Jin dan juga dapat merasuki dan menghuni tubuh manusia.

2)      Bentuk jin

a.       Al-Jan
Jenis yang pertama ini adalah pengertian jin secara umum, yaitu jenis jin yang berpotensi seperti layaknya manusia. Jin ada yang laki-laki dan adapula yang perempuan, ada jin yang muslim dan adapula yang non muslim, jin juga membutuhkan makan, minum, tidur, bersenggama dan sebagainya. Walhasil jin pada kategori JAN tidak banyak berbeda dengan manusia pada kategori al-insan.

b.      Al-A’mir
Biasanya disuatu tempat, dikamar mandi, dirumah atau dimanapun ada suara atau bunyian yang menirukan perbuatan manusia. Seperti halnya ada suara orang wudhu atau orang mandi, padahal dikamar mandi tersebut tidak ada siapa-siapa. Hal ini boleh jadi adalah perbuatan jin pada kategori AL-A’MIR. Maka biasanya orang menyebutnya sebagai setan tek-tek. Karena memang jenis jin ini suka menirukan perbuatan atau kebiasaan manusia, dengan maksud menakut-nakuti.
Al-A’mir juga terkadang mengikuti orang yang sedang membaca, bernyanyi dan sebagainya atau mengikuti orang yang sedang shalat dibelakangnya. Meskipun demikian kita tidak usah takut, karena bisa saja dia tidak jahat, hanya karena ingin menjadi mak’mum atau ingin belajar membaca atau menyanyi.

c.       Al-Ifrit
Ifrit adalah jenis jin yang berpotensi sebagai pembantu ataupun khodam bagi manusia. Dalam hal ini ada ifrit yang muslim dan baik, yang tentunya bisa menjadi khodam pada manusia yang muslim dan baik pula. Adapula ifrit yang berprilaku jahat dan kafir yang dimanfaatkan oleh para tukang sihir dan dukun, seperti ifrit-ifrit yang bekerjasama dengan pesihir terkemuka luar negeri seperti “David Caverfil”.

d.      Al-Arwah
Jenis jin yang keempat inilah yang sering dan biasa menggoda manusia, terkadang al-arwah menjelma dirinya sebagai orang tua kita yang telah meninggal atau sebagai dedemit dan sebagainya. Sehingga dapat mengelabuhi sebagian masyarakat kita dan menakut-nakuti mereka yang mempercayainya. Sebenarnya jenis jin al-arwah ini termasuk golongan jin yang sangat kuat dan sangat nakal.
Disebutkan paling kuat karena mereka dapat menjelma dirinya menjadi apa saja dengan mengerahkan kekuatan ilmu yang dimilikinya dan disebut nakal karena sering menggoda dan menakut-nakuti manusia. Jika diibaratkan manusia, maka jenis jin dari golongan Al-arwah semacam preman yang suka usil terhadap masyarakat setempat dan terutama kepada perempuan sendirian dijalanan.
e.       As-Syaiton
Berbeda dengan al-arwah, as-syaiton adalah jenis jin yang selalu menggoda manusia dari segi keimanan, kerohanian dan kejiwaan. As-syaiton sangat berbahaya dibandingkan  jenis jin lainya, karena as-syaiton merasuk kedalam hati manusia untuk membisikan kekafiran, keingkaran dan kejahatan. Dalam surat an-naas dijelaskan bahwa bukan hanya jin jahat dan ingkar yang termasuk dalam golongan as-syaiton, manusia yang yang berprilaku dzalim dan lalai termasuk dalam kategori ini. Mengenai hal ini ada sebagaian ulama yang berpendapat bahwa setan adalah sebuah sifat jahat dari manusia dan jin. Jadi kesimpulanya adalah setan bukan berupa wujud atau benda, melainkan sebuah sifat atau perbuatan.

4.      Cara reproduksi Jin

Manusia membutuhkan waktu mengandung selama sembilan bulan untuk melahirkan dan anak manusia juga membutuhkan waktu yang lama untuk matang dan menjadi baligh.
Berbeda dengan Jin dimana bila di sentuhkan alat kelamin lelaki dengan alat kelamin perempuan, maka Jin perempuan akan mengandung dan melahirkan, anak Jin yang baru lahir itu terus mukallaf. Begitulah keadaannya sampai ke hari kiamat.
Iblis pula apabila disentuhkan paha kanan dengan paha kiri akan mengeluarkan 33 biji telur. Dalam setiap biji telur itu ada 33 pasang benih. Setiap pasang benih itu apabila menyentuh paha kanan dengan paha kiri akan keluar seperti yang terdahulu. Begitulah proses reproduksi Jin dan Iblis sampai pada hari kiamat.
Bunian atau biasanya disebut juga orang Ghaib ialah hasil campuran laki-laki atau perempuan Jin dengan laki-laki atau perempuan dari kalangan manusia. Anak yang dihasilkan dari percampuran itu dikenal dengan nama Bunian. Perangai dan tingkah laku serta bentuk rupa orang Bunian ini dalam beberapa hal mirip manusia dan juga mirip Jin.
A.    Iblis

1.      Pengertian Iblis
Iblis itu bapak dari segala jin. Iblis termasuk jenis mahluk gaib. Iblis memiliki sifat sombong. Ketika allah memerintahkan para malaikat agar bersujud kepada Nabi Adam as, semua malaikat menaatinya. Mereka semuanya bersujud kedapa Nabi Adam. Bahkan ia menyombongkan diri. Kemudian perintah allh agar bersujud kepada Nabi Adam as, karena ia di ciptakan dari api, sedangkan Adam di ciptakan dari tanah. Oleh karena itu menjadi mahluk terkutuk di sisi allah swt.



B.     Alam Ghaib

Alam dibedakan atas alam ghaib (seperti Allah, malaikat, jin, surga, dan neraka) dan alam tampak. Ghaib menurut bahasa berarti yang tidak tampak. Allah-lah yang paling mengetahui kedua alam tersebut. “Dialah Allah yang tidak ada ilah kecuali Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang tampak (QS Al-Hasyr : 22)”. “Sesungguhnya Aku mengetahui segala yang ghaib di langit dan di bumi dan Aku mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kalian sembunyikan (QS Al-Baqarah : 33)”.
Kita harus beriman kepada yang ghaib. “Kitab ini tidak ada keraguan didalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib … (QS Al-Baqarah : 2-3)”. Tetapi kita hanya bisa mengetahui yang ghaib secara benar dengan cara ikhbari, yakni sejauh apa yang dikemukakan oleh Allah dan Rasul-Nya (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
Alam ghaib yang diciptakan oleh Allah merupakan ujian bagi manusia selama dia hidup di dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia dia beriman kepada Allah, Hari Akhir, surga, neraka, pahala akhirat dan sebagainya – yang mana semuanya itu tidak tampak – ataukah dia mengingkarinya.
Jika para ulama fikih hanya membagi dua alam, yakni alam syahadah dan alam gaib, para sufi membagi alam ke dalam berbagai tingkatan. 
Pembagian besarnya tetap sama, hanya dibagi pada alam syahadah mutlak dan alam gaib mutlak. Di antara dua alam mutlak itu ada alam antara (barzakh).
Alam barzakh sesungguhnya sudah masuk wilayah alam gaib. Hanya saja alam ini dibagi dua. Pertama, alam gaib mudhaf, yakni alam gaib yang relatif masih lebih dekat ke alam syahadah. Ibnu Arabi menyebutnya alam mitsal, sedangkan Al-Ghazali menyebutnya alam hayal, yang keduanya diartikan the imaginal world oleh William C Chittik.
Kedua, alam gaib lainnya, ialah yang lebih dekat dengan alam gaib mutlak, yaitu alam malakut, alam jabarut, sampai ke alam wahidiyat dan alam ahadiyat yang sebenarnya sudah tidak bisa lagi disebut alam. Sebab, tidak masuk lagi dalam kategori ma siwa Allah, sebagaimana telah dibahas dalam artikel yang lalu.   
Para sufi seolah tidak mengenal alam gaib dalam arti alam yang di luar kemampuan kognitif manusia untuk memahaminya atau alam yang tak teridentifikasi (unidentifying world). Alam gaib oleh para sufi bukan sesuatu yang amat asing. Alam gaib bagi mereka ialah alam yang berada di balik hijab.
Manakala hijab sudah terbuka (mukasyafah), hilanglah kegaiban itu. Kalaupun masih ada, yang terwujud hanyalah entitas tetap (al-a’yan al-tsabitah). Ini pun sudah diidentifikasi dalam dua kategori, yaitu entitas wahidiyat yang masih bisa dikenali melalui nama-nama (Al-Asma)-Nya dan ahadiyat yang sudah tidak teridentifikasi atau disebut alam gaib mutlak (asrar al-asrar/the sacred of the sacred).
Berbeda dengan para fukaha yang seolah memberi wilayah alam gaib amat luas, yaitu selain yang masuk dari kategori alam syahadah, alam dunia yang kita huni ini. Para sufi tidak mendikotomikan antara alam syahadah dan alam gaib. Ibnu Arabi termasuk di antara sufi yang berpendapat seperti itu.
Bagi Ibnu Arabi, alam syahadah tidak murni alam fisik karena ia hanya elemen dasar dari rangkaian tingkatan alam yang terdiri atas tanah, air, udara, dan api. Alam syahadah mutlak disebut juga alam dunia (dari akar kata dana, berarti rendah). Alam dunia ini juga terdiri atas alam mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan sebagian unsur manusia.



C.    Syaiton

Setan (Arab: شيطانShaitan), seperti yang diketahui dalam agama Islam, Kristen dan Yahudi, asalnya adalah salah satu golongan seperti Malaikat yang kuat beribadah. Walau bagaimanapun, menurut Islam, Setan diciptakan dari api oleh Allah dan juga dikatakan berasal dari golongan Jin sebelum dipilih menjadi Malaikat. Menurut Kristen, Setan adalah malaikat yang diusir dari Surga. Ini membedakannya dari malaikat-malaikat lain. Disebabkan karena mereka menentang perintah Allah, dia diusir dari golongan malaikat dan dari Surga, kerana ingkar akan perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagai penghormatan sebagai ciptaan-Nya yang mulia.
Menurut agama Islam, Tuhan meletakkan taraf manusia lebih tinggi daripada makhluk-makhluk yang lain kerana mereka diberikan akal, terutama untuk membandingkan mana yang buruk dan mana yang baik. Setan membangkang pada manusia ciptaan Tuhan dan menolak untuk bersujud di hadapan Adam seperti yang dilakukan oleh para malaikat lain. Tuhan bertanya kepada Setan: "Apakah yang mencegahmu untuk bersujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?" Setan menjawab: "Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia. Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya (menciptakan Adam) dari lumpur." Ini menunjukkan bahwa Setan merasa dirinya lebih bertaraf tinggi dari Adam kerana dia diciptakan dari api dan Adam diciptakan dari tanah, yang dianggap tidak bersih dan rapuh. Setan berjanji dan berkata di hadapan Tuhan, Nabi Adam dan para malaikat bahwa dia akan membinasakan Adam dan seluruh keturunannya (yaitu golongan manusia) sampai hari Akhirat kelak. Allah bersabda bahwa manusia yang mengikuti perintah-Nya tidak akan dibinasakan oleh Setan, tetapi yang mengikuti Setan akan turut dibinasakan dan disiksa di api neraka pada hari Akhirat. Setan juga yang memyebabkan Nabi Adam dan isterinya Siti Hawa dikeluarkan dari Surga, walaupun mereka telah diampuni oleh Allah.
Ibnu Katsir menyatakan bahwa setan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith (hal. 1071). Yang mendukung pendapat ini adalah surat Al-An’am ayat 112:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112).
(Dalam ayat ini) Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan. (Tafsir Ibnu Jarir, 1/49).



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

A.    Saran

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa










DAFTAR PUSTAKA

1.      AAAAAAAAAAAAAAAAAAA
2.      AAAAAAAAAAAAAAAA
3.      AAAAAAAAAAAAAAA
4.      AAAAAAAAAAAAAAAAA


0 comments:

Post a Comment