MAKALAH
ALAM GHAIB
Oleh
:
1.
TRI SUTRISNO PUA (2120510001)
2.
USMAN LANG ERE (2120510002)
3.
ALFIAN SUTRISNO
MANDAR (2120510003)
4.
OKTAMA HENDRA P. (2120510004)
5.
RISKA (2120510006)
6.
MUHIBUDDIN KAMAL (2120510007)
7.
DICKY ARDIAN
FELSAPUTRA (2120510008)
8.
HUSNUL ARIF (2120510009)
9.
HABIB ABDURRAHMAN (2120510017)
10. ORYZA ADAPTIAN (2120510018)
FAKULTAS
TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS
ISLAM MALANG
APRIL 2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang selalu memberikan kesehatan dan
kesempatan untuk kita terus berusaha dan berkarya, dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik merupakan salah satu anugrah-Nya . Makalah ini saya kutip dari kumpulan beberapa
referensi dan dari beberapa situs internet.
Tak
lupa pula ucapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, saudara, dan
teman teman serta seluruh pihak yang telah mendukung serta memberi semangat
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tentunya dengan harapan makalah
ini dapat menyumbangkan setitik harapan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dimasa
yang akan datang.
Sebagai penulis kami juga menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan, tetapi pada dasarnya saya selalu berusaha untuk
melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada pada tugas ini hingga mendekati
kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi kemajuan
kita bersama
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih atas
perhatiannya.
|
DAFTAR
ISI
Kata pengantar…................................................................................................ i
Daftar isi............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1.
Latar
belakang....................................................................................... 1
1.2.
Rumusan
masalah.................................................................................. 2
1.3.
Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
1.1.
Pengertian
konstitusi.............................................................................. 3
1.2.
Sifat
dan fungsi konstitusi..................................................................... 6
1.2.1.
Fungsi
konstitusi dalam Negara demokrasi .................................. 7
1.2.2.
Fungsi
konstitusi dalam Negara komunis...................................... 8
1.3.
Tujuan
konstitusi.................................................................................... 8
1.4.
Nilai
konstitusi....................................................................................... 10
1.4.1.
Nilai
normatif................................................................................. 10
1.4.2.
Nilai
nominal.................................................................................. 10
1.5.
Klasifikasi
konstitusi.............................................................................. 10
1.5.1.
Konstitusi
tertulis dan tidak tertulis.............................................. 10
1.5.2.
Konstitusi
fleksibel dan kaku........................................................ 11
1.5.3.
Konstitusi
derajat tinggi dan derajat tidak tinggi.......................... 11
1.5.4.
Konstitusi
serikat dan kesatuan..................................................... 11
1.5.5.
Konstitusi
system pemerintahan presidensial dan system parlementer 12
1.6.
Pentingnya
konstitusi dalam Negara..................................................... 12
1.7.
Sejarah
konstitusi di Indonesia.............................................................. 14
1.8.
Konstitusi
yang pernah berlaku di Indonesia........................................ 17
1.8.1.
Undang-undang
Dasar 1945.......................................................... 17
1.8.2.
Konstitusi
RIS 1949...................................................................... 19
1.8.3.
Undang-undang
sementara 1950................................................... 21
1.9.
Penyimpangan-penyimpangan
konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia 24
1.9.1.
Masa
berlakunya UUD 1945 periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 24
1.9.2.
Masa
berlakunya UUD 1945 periode 5 Juli 1959 – sekarang........ 26
1.9.2.1.
Periode
1959 – 1965 (orde lama)......................................... 27
1.9.2.2.
Pariode
1966 – 1998 (orde baru).......................................... 28
1.9.2.3.
Periode
1998 – sekarang (orde reformasi)............................ 29
1.10.
Hasil
perunahan UUD 1945................................................................. 31
1.10.1.
Apa
dasar pemikiran untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945 31
1.10.2.
Apa
tujuan perubahan UUD 1945............................................ 32
1.10.3.
Bagaimana
hasil perubahan UUD 1945.................................... 33
BAB III PENUTUTP.............................................................................. 37
3.1.
Kesimpulan............................................................................................ 37
3.2.
Saran .................................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 39
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Jin
1.
Pengertian
Jin
Jin secara
harfian berarti sesuatu yang berkonotasi “tersembunyi” atau “tidak terlihat”.
Dalam islam dan mitologi Arab pra-Islam, jin adalah salah satu ras mahkluk yang
tidak terlihat dan diciptakan dari api. Menurut Ibnu Aqil sebagaimana dikutip
asy-Syibli dalam bukunya Akam al-Marjan fi Ahkam al-Jann, mengatakan bahwa
mahkluknini disebut dengan jin karena secara bahasa amjin artinya yang
tersembunyi, terhalang dan tertutup. Disebut jin karena mahkluk ini terhalang
dengan kasat mata manusia.
Dalam Al-Qur’an
terdapat banyak ayat yang menceritakan tentang Jin diantaranya :
1)
Surah
Al-Hijr ayat 26-27
Artinya : “Dan sesungguhnya kami telat menciptakan manusia dari
tanah liat yang kering kerontang yang berasal dari lumpur hitam yang diberi
bentuk dan Kami telah ciptakan jin sebelum diciptakan manusia dari api yang
sangat panas.”
2)
Surah
Ar-Rahman ayat 15
Artinya : “Dia (Allah) menciptakan Jann (Jin) dari nyala api (pucuk
api yang menyala-nyala atau Maarii).”
3)
Surah
Al-‘Araf ayat 12
Artinya : “Engkau ciptakan aku (kata Iblis) dari api sedangkan dia
(Adam) dari tanah.”
4)
Surah
Al-A’raf ayat 72
Artinya : “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnyamelihat kamu
dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.”
2.
Asal
mula penciptaan jin
1) Qs Al-Hijr : 26 – 27
Artinya : “Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin
sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”
2) Qs Al-Baqarah ayat 30
Yang artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
3) Qs Ar-Rahman ayat 15
Yang artinya :
“dan Dia menciptakan jin dari nyala api.”
Allah telah
menciptakan jin dan api yang jernih, yang sebenarnya bercampur dengan sebagian
yang lain. Yakni dari kobaran api yang kuning dengan kobaran api yang merah,
dengan kobaran api yang kehijau-hijauan. Jadi, sama seperti halnya dengan
manusia juga diciptakan dari unsur-unsur yang bermacam-macam, begitu pula
dengan jin, diciptakan dari bermacam-macam kobaran api yang bercampur menjadi
satu.
3. Bentuk dan jenis jin
1) Bentuk jin
Pada dasarnya bentuk rupa Jin
tidak banyak berbeda dari bentuk rupa manusia, yaitu mereka memiliki jenis
kelamin, memiliki hidung mata, tangan, kaki, telinga dan sebagainya,
sebagaimana yang di miliki oleh manusia. Pada dasarnya 80 hingga 90 persen Jin
menyerupai manusia.
Hanya
perbedaan fisik Jin adalah lebih kecil dan halus dari manusia. Bentuk tubuh
mereka itu ada yang pendek, ada yang tinggi dan bermacam-macam warnanya, yaitu
putih, merah, biru, hitam dan sebagainya. Jin kafir dan Jin Islam yang fasik
itu memiliki rupa yang buruk dan menakutkan. Sedangkan Jin Islam yang saleh
memiliki paras yang elok.
Menurut beberapa pendapat, tinggi
Jin yang sebenarnya adalah sekitar tiga hasta saja. Pengetahuan mereka lebih
luas dan berumur sangat panjang sampai beribu-ribu tahun umurnya. Kecepatan Jin
bergerak melebihi kecepatan cahaya dalam suatu waktu. Karena Jin terdiri dari
mahkluk yang seni dan tersembunyi, tidak zahir seperti manusia dan tidak
sepenuhnya ghaib seperti Malaikat, maka ruang yang kecil pun bisa di duduki
oleh jutaan Jin dan juga dapat merasuki dan menghuni tubuh manusia.
2) Bentuk jin
a. Al-Jan
Jenis yang pertama ini adalah
pengertian jin secara umum, yaitu jenis jin yang berpotensi seperti layaknya
manusia. Jin ada yang laki-laki dan adapula yang perempuan, ada jin yang muslim
dan adapula yang non muslim, jin juga membutuhkan makan, minum, tidur, bersenggama
dan sebagainya. Walhasil jin pada kategori JAN tidak banyak berbeda dengan
manusia pada kategori al-insan.
b. Al-A’mir
Biasanya
disuatu tempat, dikamar mandi, dirumah atau dimanapun ada suara atau bunyian
yang menirukan perbuatan manusia. Seperti halnya ada suara orang wudhu atau
orang mandi, padahal dikamar mandi tersebut tidak ada siapa-siapa. Hal ini
boleh jadi adalah perbuatan jin pada kategori AL-A’MIR. Maka biasanya orang
menyebutnya sebagai setan tek-tek. Karena memang jenis jin ini suka menirukan
perbuatan atau kebiasaan manusia, dengan maksud menakut-nakuti.
Al-A’mir juga
terkadang mengikuti orang yang sedang membaca, bernyanyi dan sebagainya atau
mengikuti orang yang sedang shalat dibelakangnya. Meskipun demikian kita tidak
usah takut, karena bisa saja dia tidak jahat, hanya karena ingin menjadi
mak’mum atau ingin belajar membaca atau menyanyi.
c. Al-Ifrit
Ifrit adalah jenis jin yang
berpotensi sebagai pembantu ataupun khodam bagi manusia. Dalam hal ini ada
ifrit yang muslim dan baik, yang tentunya bisa menjadi khodam pada manusia yang
muslim dan baik pula. Adapula ifrit yang berprilaku jahat dan kafir yang
dimanfaatkan oleh para tukang sihir dan dukun, seperti ifrit-ifrit yang
bekerjasama dengan pesihir terkemuka luar negeri seperti “David Caverfil”.
d. Al-Arwah
Jenis jin yang keempat inilah yang
sering dan biasa menggoda manusia, terkadang al-arwah menjelma dirinya sebagai
orang tua kita yang telah meninggal atau sebagai dedemit dan sebagainya.
Sehingga dapat mengelabuhi sebagian masyarakat kita dan menakut-nakuti mereka
yang mempercayainya. Sebenarnya jenis jin al-arwah ini termasuk golongan jin
yang sangat kuat dan sangat nakal.
Disebutkan paling kuat karena
mereka dapat menjelma dirinya menjadi apa saja dengan mengerahkan kekuatan ilmu
yang dimilikinya dan disebut nakal karena sering menggoda dan menakut-nakuti
manusia. Jika diibaratkan manusia, maka jenis jin dari golongan Al-arwah
semacam preman yang suka usil terhadap masyarakat setempat dan terutama kepada
perempuan sendirian dijalanan.
e. As-Syaiton
Berbeda dengan al-arwah,
as-syaiton adalah jenis jin yang selalu menggoda manusia dari segi keimanan,
kerohanian dan kejiwaan. As-syaiton sangat berbahaya dibandingkan jenis
jin lainya, karena as-syaiton merasuk kedalam hati manusia untuk membisikan
kekafiran, keingkaran dan kejahatan. Dalam surat an-naas dijelaskan bahwa bukan
hanya jin jahat dan ingkar yang termasuk dalam golongan as-syaiton, manusia
yang yang berprilaku dzalim dan lalai termasuk dalam kategori ini. Mengenai hal
ini ada sebagaian ulama yang berpendapat bahwa setan adalah sebuah sifat jahat
dari manusia dan jin. Jadi kesimpulanya adalah setan bukan berupa wujud atau
benda, melainkan sebuah sifat atau perbuatan.
4. Cara reproduksi Jin
Manusia membutuhkan waktu mengandung selama sembilan bulan untuk
melahirkan dan anak manusia juga membutuhkan waktu yang lama untuk matang dan
menjadi baligh.
Berbeda dengan Jin dimana bila di sentuhkan alat kelamin lelaki
dengan alat kelamin perempuan, maka Jin perempuan akan mengandung dan
melahirkan, anak Jin yang baru lahir itu terus mukallaf. Begitulah keadaannya
sampai ke hari kiamat.
Iblis pula apabila disentuhkan paha kanan dengan paha kiri akan
mengeluarkan 33 biji telur. Dalam setiap biji telur itu ada 33 pasang benih.
Setiap pasang benih itu apabila menyentuh paha kanan dengan paha kiri akan
keluar seperti yang terdahulu. Begitulah proses reproduksi Jin dan Iblis sampai
pada hari kiamat.
Bunian atau biasanya disebut juga orang Ghaib ialah hasil campuran
laki-laki atau perempuan Jin dengan laki-laki atau perempuan dari kalangan
manusia. Anak yang dihasilkan dari percampuran itu dikenal dengan nama Bunian.
Perangai dan tingkah laku serta bentuk rupa orang Bunian ini dalam beberapa hal
mirip manusia dan juga mirip Jin.
A.
Iblis
1.
Pengertian
Iblis
Iblis itu bapak dari segala jin. Iblis
termasuk jenis mahluk gaib. Iblis memiliki sifat sombong. Ketika
allah memerintahkan para malaikat agar bersujud kepada Nabi Adam as, semua
malaikat menaatinya. Mereka semuanya bersujud kedapa Nabi Adam. Bahkan ia
menyombongkan diri. Kemudian perintah allh agar bersujud kepada Nabi Adam as,
karena ia di ciptakan dari api, sedangkan
Adam di ciptakan dari tanah. Oleh karena itu menjadi mahluk terkutuk di sisi
allah swt.
B.
Alam
Ghaib
Alam dibedakan atas alam ghaib
(seperti Allah, malaikat, jin, surga, dan neraka) dan alam tampak. Ghaib
menurut bahasa berarti yang tidak tampak. Allah-lah yang paling mengetahui
kedua alam tersebut. “Dialah Allah yang tidak ada ilah kecuali Dia, yang
mengetahui yang ghaib dan yang tampak (QS Al-Hasyr : 22)”. “Sesungguhnya Aku
mengetahui segala yang ghaib di langit dan di bumi dan Aku mengetahui apa yang
kalian tampakkan dan apa yang kalian sembunyikan (QS Al-Baqarah : 33)”.
Kita harus beriman kepada yang
ghaib. “Kitab ini tidak ada keraguan didalamnya sebagai petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib … (QS
Al-Baqarah : 2-3)”. Tetapi kita hanya bisa mengetahui yang ghaib secara
benar dengan cara ikhbari, yakni sejauh apa yang dikemukakan oleh Allah dan
Rasul-Nya (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
Alam ghaib yang diciptakan oleh
Allah merupakan ujian bagi manusia selama dia hidup di dunia. Manusia diuji
apakah ketika di dunia dia beriman kepada Allah, Hari Akhir, surga, neraka,
pahala akhirat dan sebagainya – yang mana semuanya itu tidak tampak – ataukah
dia mengingkarinya.
Jika para ulama fikih hanya membagi dua alam, yakni alam
syahadah dan alam gaib, para sufi membagi alam ke dalam berbagai tingkatan.
Pembagian besarnya tetap sama, hanya dibagi pada alam
syahadah mutlak dan alam gaib mutlak. Di antara dua alam mutlak itu ada alam
antara (barzakh).
Alam barzakh sesungguhnya sudah masuk wilayah alam gaib.
Hanya saja alam ini dibagi dua. Pertama, alam gaib mudhaf, yakni alam gaib yang
relatif masih lebih dekat ke alam syahadah. Ibnu Arabi menyebutnya alam mitsal,
sedangkan Al-Ghazali menyebutnya alam hayal, yang keduanya diartikan the
imaginal world oleh William C Chittik.
Kedua, alam gaib lainnya, ialah yang lebih dekat dengan alam
gaib mutlak, yaitu alam malakut, alam jabarut, sampai ke alam wahidiyat dan
alam ahadiyat yang sebenarnya sudah tidak bisa lagi disebut alam. Sebab, tidak
masuk lagi dalam kategori ma siwa Allah, sebagaimana telah dibahas dalam
artikel yang lalu.
Para sufi seolah tidak mengenal alam gaib dalam arti alam
yang di luar kemampuan kognitif manusia untuk memahaminya atau alam yang tak
teridentifikasi (unidentifying world). Alam gaib oleh para sufi bukan sesuatu
yang amat asing. Alam gaib bagi mereka ialah alam yang berada di balik hijab.
Manakala hijab sudah terbuka (mukasyafah), hilanglah kegaiban
itu. Kalaupun masih ada, yang terwujud hanyalah entitas tetap (al-a’yan
al-tsabitah). Ini pun sudah diidentifikasi dalam dua kategori, yaitu entitas
wahidiyat yang masih bisa dikenali melalui nama-nama (Al-Asma)-Nya dan ahadiyat
yang sudah tidak teridentifikasi atau disebut alam gaib mutlak (asrar
al-asrar/the sacred of the sacred).
Berbeda dengan para fukaha yang seolah memberi wilayah alam
gaib amat luas, yaitu selain yang masuk dari kategori alam syahadah, alam dunia
yang kita huni ini. Para sufi tidak mendikotomikan antara alam syahadah dan
alam gaib. Ibnu Arabi termasuk di antara sufi yang berpendapat seperti itu.
Bagi Ibnu Arabi, alam syahadah tidak murni alam fisik karena
ia hanya elemen dasar dari rangkaian tingkatan alam yang terdiri atas tanah,
air, udara, dan api. Alam syahadah mutlak disebut juga alam dunia (dari akar
kata dana, berarti rendah). Alam dunia ini juga terdiri atas alam mineral,
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan sebagian unsur manusia.
C.
Syaiton
Setan (Arab: شيطان, Shaitan),
seperti yang diketahui dalam agama Islam, Kristen dan Yahudi, asalnya adalah
salah satu golongan seperti Malaikat yang kuat beribadah. Walau bagaimanapun,
menurut Islam, Setan diciptakan dari api oleh Allah dan juga dikatakan berasal
dari golongan Jin sebelum dipilih menjadi Malaikat. Menurut Kristen, Setan
adalah malaikat yang diusir dari Surga. Ini membedakannya dari
malaikat-malaikat lain. Disebabkan karena mereka menentang perintah Allah, dia
diusir dari golongan malaikat dan dari Surga, kerana ingkar akan perintah Allah
untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagai penghormatan sebagai ciptaan-Nya yang
mulia.
Menurut agama Islam, Tuhan meletakkan taraf
manusia lebih tinggi daripada makhluk-makhluk yang lain kerana mereka diberikan
akal, terutama untuk membandingkan mana yang buruk dan mana yang baik. Setan
membangkang pada manusia ciptaan Tuhan dan menolak untuk bersujud di hadapan
Adam seperti yang dilakukan oleh para malaikat lain. Tuhan bertanya kepada
Setan: "Apakah yang mencegahmu untuk bersujud menghormati sesuatu yang
telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?" Setan menjawab: "Aku adalah
lebih mulia dan lebih unggul dari dia. Engkau ciptakan aku dari api dan
menciptakannya (menciptakan Adam) dari lumpur." Ini menunjukkan bahwa
Setan merasa dirinya lebih bertaraf tinggi dari Adam kerana dia diciptakan dari
api dan Adam diciptakan dari tanah, yang dianggap tidak bersih dan rapuh. Setan
berjanji dan berkata di hadapan Tuhan, Nabi Adam dan para malaikat bahwa dia
akan membinasakan Adam dan seluruh keturunannya (yaitu golongan manusia) sampai
hari Akhirat kelak. Allah bersabda bahwa manusia yang mengikuti perintah-Nya
tidak akan dibinasakan oleh Setan, tetapi yang mengikuti Setan akan turut
dibinasakan dan disiksa di api neraka pada hari Akhirat. Setan juga yang memyebabkan
Nabi Adam dan isterinya Siti Hawa dikeluarkan dari Surga, walaupun mereka telah
diampuni oleh Allah.
Ibnu Katsir menyatakan
bahwa setan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan
(Tafsir Ibnu Katsir, 2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith (hal. 1071). Yang
mendukung pendapat ini adalah surat Al-An’am ayat 112:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap
nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am:
112).
(Dalam ayat ini) Allah menjadikan setan dari
jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah setiap yang
durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan
perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan. (Tafsir
Ibnu Jarir, 1/49).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
A.
Saran
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
DAFTAR
PUSTAKA
1.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAA
2.
AAAAAAAAAAAAAAAA
3.
AAAAAAAAAAAAAAA
4.
AAAAAAAAAAAAAAAAA
0 comments:
Post a Comment